Senin, 05 Oktober 2009

Sejarah GKJ Cilacap Utara

Berawal dari keinginan untuk mandiri, 2 pepantan GKJ Cilacap yaitu Gumilir dan Jeruklegi meleburkan diri menjadi gereja dewasa dengan nama GKJ Cilacap Utara. Pada tanggal 9 April 1997 merupakan momentum awal perkembangan sebuah gereja dewasa yang dikukuhkan dalam kebaktian peneguhan. Berikut ini sejarah masing-masing pepantan.

A. PEPANTAN JERUKLEGI
Pada masa perang kemerdekaan II tahun 1948. Bp. Temu Hadiwardoyo, seorang tenaga kesehatan dari Yogyakarta pindah ke Jeruklegi. Setelah perang usai ia tetap tinggal di Jeruklegi, dan Bp. Temu bersama-sama dengan rekan-rekan seperjuangan mempelajari Alkitab. Lama kelamaan satu dua orang anggota masyarakat lain disekitarnya bergabung dalam pemahaman Alkitab. Pada tahun 1950, dogma dan etika Kristen mewarnai kehidupan di sekitar Jeruklegi.

Perkembangan selanjutnya para pendengar Injil di Jeruklegi ini dilayani oleh Pendeta Dwidjosoeprapto dari GKJ Kawunganten dan menjadi pepantannya. Pada tahun 1951 beberapa keluarga janda dan muda-mudi minta dibaptis. Diantaranya Mbok Sis, Mbok Gabug, Bp dan Ibu Wisangin, Ibu Wisanta, Sdr. Resa Parto Sentana, Kaki Liang, Bp. Sanreja, Ibu Midah (Ibu Santiyo), Bp. Saeran. Merekalah cikal bakal adanya jemaat pepantan Jeruklegi. Yang menggembirakan adalah pada tahun 1966 ada baptisan massal terhadap 30 jiwa lebih.

Jemaat di Jeruklegi ini akhirnya memiliki tempat ibadah yang masih sangat sederhana. Persembahan jemaat yang sedikit demi sedikit terkumpul digunakan untuk membeli sebidang tanah. Di atas tanah itulah didirikan tempat ibadah ukurannya hanya 3,7 m, lantai tanah, dinding papan dan atapnya ilalang. Rumah ibadah itu cukup untuk 16 orang jemaat pada waktu itu. Melihat kondisi seperti ini, Pdt. Soeparno (sebagai pejabat Deputat Klasis Banyumas Selatan) memberikan bantuan dana untuk mengganti atap ilalang dengan atap genting.

Karena kesulitan komunikasi dan transportasi jemaat dengan GKJ Kawunganten, pepantan Jeruklegi sempat beberapa lama tidak mengadakan kebaktian. Rupanya Tuhan tidak pernah memberikan kegersangan menimpa jemaat yang sedang berkembang ini. Melalui hambaNya yaitu Bp. Anggono, yang terdorong oleh semangat pekabaran Injil setelah mempergumulkan Matius 28:19-20. Tuhan memelihara kehidupan jemaat Jeruklegi. Bp. Anggono melakukan PI kepada orang-orang yang telah dikenalnya mulai dari Tritih Kulon hingga ke Jeruklegi. Enam bulan kemudian kurang lebih ada 10 orang dibaptis yang dilayani oleh Pdt. Sukarso.

Komunikasi dan transportasi masih menjadi hambatan pelayanan majelis dari Kawunganten ke Jeruklegi. Maka setelah dipergumulkan oleh GKJ Cilacap, GKJ Kawunganten, dan khususnya Pepantan Jeruklegi, akhirnya tahun 1969 pepantan Jeruklegi resmi menjadi Pepantan GKJ Cilacap. Pada tahun 1972 tempat ibadah yang semula di sebelah pasar Jeruklegi pindah ke tanah milik Bp. Suwarto, yaitu di tempat berada sekarang.

Dalam perkembangan selanjutnya Bp. Yosafat Dimin, seorang yang cukup berpengaruh, mewarnai dengan seni karawitannya untuk kegiatan jemaat mengisi setiap kebaktian minggu dengan seni karawitan untuk mengawali dan menutup ibadah. Hal ini menarik perhatian Pdt. Christian Sutopo, DPS (pimpinan PPIP (Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta) dengan menghadiahkan seperangkat gamelan. Ternyata dengan adanya instrumen gamelan ini cukup efektif menjadi daya tarik masyarakat Jeruklegi, terlebih lagi menggugah semangat jemaat untuk bersekutu dalam latihan karawitan.

B. PEPANTAN GUMILIR

Tahun 1967 telah ada kebaktian di rumah Ibu Sukarno. Kemudian pindah ke rumah Bapak Wardoyo. Karena jumlah warganya bertambah banyak mereka diperbolehkan menggunakan salah satu tempat di Panti Karya Martani (PKM) Gumilir. Tak lama kemudian karena masa kontrak PKM di Cilacap telah habis, jemaat pun tidak mempunyai tempat ibadah padahal ada kurang lebih 20 orang. Warga Kristen kembali beribadah ke gereja induk yaitu GKJ Cilacap, sedangkan warga simpatisan banyak yang kembali pada agama yang dulu.
Bp. Anggono, sebagai warga biasa terketuk hatinya untuk melakukan PI setelah mempergumulkan Matius 28:19-20. Tekadnya sudah bulat, maka didatangilah orang-orang yang sudah dikenalnya. Di Tritih Kulon melalukan PI kepada Bp. Lukas Kusaeri, Bp. Samsudin, Bp. Kasan, Bp. Sukarjo, Bp. Rosyidin, Bp. Arsanadi (kemudian pindah ke Lampung). Di Karang Talun melakukan PI kepada Bp. Marderan, Bp. Abyatar dan Bp. Carik Kristen. Di Karang Kandri menemui Bp. Kartawirya dan di Kuripan menemui Bp. Saimin. Selama PI beliau disertai oleh Penatua Basuki Laban. Setelah Bp. Basuki Laban meninggal karena kanker Bp. Anggono disertai oleh Bp. Atmosudiro.

Pada tahun 1974 beberapa keluarga yang dilayani oleh majelis blok V yaitu Drs. Sriwijaya dan Bp. Benowo Hadi beribadah di rumah Bp. Prayitno dinas Bea Cukai Cilacap yang terletak yang terletak di Jl. Tentara Pelajar. Dari sini kemudian pindah di rumah Bp. Drs. Sriwijaya (Jl. Perintis). Pada tahun 1983 berpindah lagi ke rumah Bp. Soekidjo PW, karena Bp. Sriwijaya pindah ke Semarang.

Sering berpindahnya tempat kebaktian mendorong keinginan jemaat untuk mempunyai tempat yang permanen. Di tengah-tengah penantian, Tuhan menjawab doa jemaat melalui Saudara seiman dari HKBP. Pada waktu itu bangunan gereja darurat HKBP diganti dengan bangunan yang megah dan indah. Bangunan bekas yang terdiri dari papan dan seng itu diminta oleh warga Pepantan Gumilir. Barangkali bagi HKBP bekas bangunan itu tidak ada artinya, sebaliknya bagi warga Pepantan Gumilir sangat besar manfaatnya. Bukan saja bangunan gereja lebih luas, tetapi terpacunya semangat warga untuk memiliki tempat ibadah yang permanen. Tanpa memperhitungkan pantas atau tidak dengan ototnya warga pepantan Gumilir bergotong royong mengangkat gereja bekas itu dengan suka cita. Dalam hal ini andil tenaga dari Bp. Hadi Nugroho dan Bp. Herman Selanno tidak mudah dilupakan.

Pada tanggal 30 Januari 1989 bangunan bekas HKBP itu didirikan disamping rumah dan halaman Bp. B. Johan Wellyus, Jl. Dr. Cipto Gumilir. Setelah memiliki dana yang cukup majelis membeli sebidang tanah di Jl. Dr. Cipto untuk kemudian didirikan rumah ibadah yang mungil. Gedung Gereja Pepantan Gumilir diresmikan oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Cilacap. Bp. Mohamad Supardi pada tanggal 6 Maret 1994.

Pepantan Gumilir tumbuh dan berkembang terus menerus. Pertambahan jumlah warga gereja didorong oleh perkembangan Kota Administratif Cilacap yang mekar ke arah Gumilir. Para pendatang kian hari makin bertambah. Grafik warga gereja Pepantan Gumilir semakin bertambah naik sekaligus menaikkan jumlah persembahan. Untuk mengimbangi kemajuan ini Pepantan Gumilir diberi wewenang swakekola keuangannya oleh GKJ Cilacap, selaku induknya. Sekali dalam 3 bulan perlu menyampaikan laporan tertulis kepada rapat pleno sebagai pertanggungjawaban.

C. PROSES PENDEWASAAN JEMAAT
Mengingat luasnya jangkauan pelayanan Pendeta GKJ Cilacap (Pdt.P. Hadisoebroto). Majelis Pepantan Gumilir mengusulkan perlunya tenaga Majelis Khusus (pembina). Keinginan warga dapat dimengerti, dan sejak 1 Desember 1992 Penatua Harnadi menjadi pembina untuk Pepantan Gumilir. Tiga tahun kemudian pada tanggal 1 Maret 1995 majelis GKJ Cilacap menunjuk Penatua Yosafat Dimin menjadi tenaga Majelis Khusus (pembina) di Pepantan Jeruklegi. Hal ini mempercepat proses pendewasaan pepantan, terlebih lagi pembangunan gedung gereja yang sudah dimulai sejak tahun 1991.

Dengan telah diangkatnya tenaga-tenaga pelayan khusus (Pembina) ini pembinaan kehidupan bergereja semakin mapan. Sebagai kelanjutan proses perkembangan gereja pada umumnya, setiap pepantan perlu ditingkatkan kemandiriannya. Dalam rapat Majelis GKJ Cilacap pada tanggal 8 September 1994 dibentuklah Panitia Persiapan Pendewasaan Pepantan Jeruklegi dan Pepantan Gumilir. Pada tahun 1995 dalam Sidang ke-68 Klasis Banyumas Selatan di Bandung diusulkan pendewasaan jemaat menjadi materi sidang. Maka Deputat Keesaan Klasis Banyumas Selatan mengadakan visitasi untuk mengetahui kesungguhan kedua pepantan tersebut. Pada Sidang ke-69 di GKJ Sidareja (8-9 Juli 1996) disetujui pendewasaan Pepantan Jeruklegi dan Gumilir menjadi satu gereja. Kurang dari satu tahun setelah Sidang Klasis, pada tanggal 9 April 1997 Pepantan Jeruklegi dan Gumilir diresmikan menjadi gereja yang dewasa dengan nama GKJ Cilacap Utara. Dipergunakannya sebutan Gedung I untuk Gumilir dan Gedung II untuk Jeruklegi karena tidak ada yang tetap menjadi pepantan. Peresmiannya dilakukan di Gedung II Jeruklegi. Keadaan jemaat pada waktu itu berjumlah 399 jiwa (273 jemaat dewasa) dengan 132 kepala keluarga (KK).

D. PERKEMBANGAN GKJ CILACAP UTARA
GKJ Cilacap Utara bertumbuh dan berkembang di kecamatan Cilacap Utara dan kecamatan Jeruklegi. Perkembangan kota Cilacap akan menuju ke arah Utara dan Barat karena bagian Selatan dan Timur terhalang oleh Laut Selatan. Keadaan ini sangat menguntungkan, sebab daerah Gumilir merupakan perkembangan ke arah Utara sedangkan daerah Jeruklegi merupakan perkembangan ke arah Barat.
Keadaan Geografis warga ada yang terkumpul di suatu daerah tetapi juga ada yang tersebar di daerah Selatan. Berikut ini letak geografis warga :
Arah Utara : Daerah Gumilir, Limbangan, Karangkandri, Kuripan.
Arah Timur : Tegal Katilayu
Arah Selatan : Kebonmanis, Lomanis, Tambakreja.
Arah Barat : Tritih Kulon, Tritih Wetan, Pasren, Persil, Jeruklegi, Pengasinan, Kaliminggir,
Sawangan, Brebeg, Lengkong.
GKJ Cilacap Utara mempunyai keunikan tersendiri, warga dari kedua gedung gereja ini masing-masing memiliki perbedaan yang tajam dalam faktor geografis sosiologis dan ekonomis. Jemaat Gumilir di gedung I ini terdiri dari guru, karyawan Pertamina, karyawan Semen Nusantara, wiraswasta, pekerja proyek baik dalam negeri maupun di luar negeri, perawat, dan kondisi geografis di perkotaan. Sedangkan Jeruklegi di gedung II, jemaatnya bekerja sebagai petani, penderes gula kelapa, pedagang, pembantu rumah tangga di dalam negeri maupun luar negeri, tukang kayu, tukang batu, ada juga karyawan Semen Nusantara, karyawan pemerintah, dan kondisi geografisnya di pedesaan. Dengan adanya perbedaan yang itu jemaat senantiasa perlu memiliki motivasi yang kuat untuk hidup dalam persekutuan tanpa membeda-bedakan. Dan masing-masing perlu menyesuaikan diri untuk dapat melangkah bersama-sama.

1 komentar: