Senin, 05 Oktober 2009

Warta Gereja Minggu, 4 Oktober 2009















UCAPAN SELAMAT DATANG

Majelis mengucapkan SELAMAT DATANG kepada jemaat serta para tamu khususnya yang baru pertama kali beribadah di sini. Kami senantiasa mengharapkan kehadiran Bapak, Ibu, saudara semua dalam ibadah Minggu yang akan datang. Majelis juga menghimbau jemaat untuk TIDAK MENGAKTIFKAN HAND PHONE SELAMA KEBAKTIAN BERLANGSUNG, agar kebaktian dapat berjalan dengan khidmat. Semoga kita dapat merasakan berkat TUHAN.



Apabila warga jemaat membutuhkan pelayanan dapat menghubungi majelis blok atau:

1. Pdt. Semuel Adhi Nugroho telp. 0282-541930 / 08156989530

2. Ibu Sumiarti Pudjo Rahayu (TU Gereja) telp. 0282-5070906 / 085647950129

Jam kerja hari Senin – Sabtu jam 08.00 – 13.00 di Jl.Dr.Cipto 52 Gumilir Cilacap Utara



KEBAKTIAN Minggu, 04 Oktober 2009 “TRINITAS XVIII”

1. Ibadah Anak-anak di Ruang Sekolah Minggu Gedung 1 Gumilir jam 07.30

a. Kelas KECIL dilayani oleh Bp. Bambang Setiawan

b. Kelas BESAR dilayani oleh Bp. Sardjono HS


2. Ibadah Anak-anak di Ruang Sekolah Minggu Gedung 2 Jeruklegi

a. jam 06.30 Kelas BESAR dilayani oleh Ibu Kustini dan Sdri.Meti

b. jam 07.30 Kelas KECIL dilayani oleh Ibu Hartini


3. Ibadah Dewasa di Gereja Gedung 1 Gumilir jam 07.30 menggunakan Bahasa Indonesia dengan Nyanyian Kidung Jemaat dilayani oleh Bp.Sudibyo (Pelayan Firman), Bp dan Ibu Mardi Harsono (Song Leader), Ibu Susilo Adi (Organis), Dkn.Pudjo Rahayu (Pangrukti), Dkn.Ny.Purwaningsih (Persembahan), Dkn.Hari Supriyatmono (Warta Gereja), Pnt.Yohanes Sudarso (Penerima Tamu).


4. Ibadah Dewasa di Gereja Gedung 2 Jeruklegi jam 07.00 menggunakan Bahasa Indonesia dengan Nyanyian Kidung Jemaat dilayani oleh Pdt. Semuel Adhi Nugroho (Pelayan Firman). Perjamuan Kudus dalam rangka Hari Pekabaran Injil Indonesia dan Hari Perjamuan Kudus se-Dunia. Ibu Marwiyati dan Ibu Sarmin (Song Leader), Bp.Supriyadi (Organis), Pnt.Kristam (Pangrukti), Dkn.Yusak (Persembahan), Dkn.Ny.Kristiana (Warta Gereja), Pnt.Suwardi Diran (Penerima Tamu).



WARTA JEMAAT

MINGGU, 04 Oktober 2009 ( TRINITAS XVIII )



DATA KEHADIRAN DAN PERSEMBAHAN MINGGU, 27 SEPTEMBER 2009

1. Gereja Gedung 1 Gumilir Hadir : 173 orang

Mingguan Rp. 284.000

Bulanan Rp. 120.000 (Amplop No: 25,69,75)

Pembelian Tanah Rp. 550.000

Pernikahan Rp. 597.000

Bencana Alam Rp. 200.000

Beasiswa Rp. 20.000

JUMLAH Rp. 1.771.000


2. Gereja Gedung 2 Jeruklegi Hadir : 60 orang

Mingguan Rp. 100.000

Bulanan Rp. 105.000 (Amplop No: 5,8,23,40,53)

Pembelian Tanah Rp. 100.000

Syukur STT Jakarta Rp. 60.500

JUMLAH Rp. 365.000


RENCANA KEBAKTIAN Minggu 11 Oktober 2009 “TRINITAS XIX”

1. Ibadah Anak-anak di Ruang Sekolah Minggu Gedung 1 Gumilir jam 07.30

a. Kelas KECIL dilayani oleh Ibu Rustini

b. Kelas BESAR dilayani oleh Bp. Soekidjo PW


2. Ibadah Anak-anak di Ruang Sekolah Minggu Gedung 2 Jeruklegi

a. jam 06.30 Kelas BESAR dilayani oleh Bp.Kristam dan Sdr.Ozan

b. jam 07.30 Kelas KECIL dilayani oleh Ibu Aswiyah


3. Ibadah Dewasa di Gereja Gedung 1 Gumilir jam 07.30 menggunakan Bahasa Jawa dengan Nyanyian KPK Baru dilayani oleh Pdt. Semuel Adhi Nugroho (Pelayan Firman), Perjamuan Kudus dalam rangka Hari Pekabaran Injil Indonesia dan Hari Perjamuan Kudus se-Dunia. Ibu Wachid dan Ibu Hari Supriyatmono (Song Leader), Bp.Rehananto (Organis), Dkn.Susilo Adi (Pangrukti), Pnt.Bintarto (Persembahan), Pnt.Sumadi (Warta Gereja), Pnt.Gerson Sanjaya (Penerima Tamu).


4. Ibadah Dewasa di Gereja Gedung 2 Jeruklegi jam 07.00 menggunakan Bahasa Jawa dengan Nyanyian KPK Baru dilayani oleh Bp.Mulyanom (Pelayan Firman). Ibu Hartini dan Ibu Mesra (Song Leader), Ibu Sudarminah (Organis), Pnt.Sarmin Effendhie (Pangrukti), Pnt.Supriyadi (Persembahan), Dkn.Elasar Suswanto (Warta Gereja), Dkn.Ny.Hartini (Penerima Tamu).


KEGIATAN DALAM SEMINGGU

1. SIDANG MAJELIS

Majelis Gereja akan bersidang pada hari Minggu, 4 Oktober 2009 dimulai jam 09.30 di Gereja Gd. 2 Jeruklegi. Mohon dukungan dalam doa jemaat.


2. PERSEKUTUAN DOA BRAYAT

Pada hari Rabu, 07 Oktober 2009 jam 18.00 akan diadakan Persekutuan Doa Brayat Blok Kebonmanis, Gumilir/Limbangan dan Tritih Gabungan di rumah Bp/Ibu SOETJIPTO ADI, alamat Perum Pertamina Gunungsimping No. 14, dilayani oleh Pdt. SEMUEL ADHI NUGROHO dan Pnt. STEFANUS SATIMAN. Mohon kehadiran Bapak/Ibu/ Saudara dan membawa bahan PD dan nyanyian KPK BARU. Ada Pengujian Diri Perjamuan Kudus.


3. PEMAHAMAN ALKITAB IBU-IBU

Pada hari Jumat, 9 Oktober 2009 jam 16.00 akan diadakan Pemahaman Alkitab untuk Ibu-Ibu, bertempat di rumah Ibu SUWARDI DIRAN dipimpin oleh Ibu SARMIN dan Ibu SUDARNO. Mohon kehadiran Ibu-Ibu dan kaum wanita serta membawa bahan PA dan nyanyian KIDUNG JEMAAT.


4. PERSEKUTUAN DOA PEMUDA DAN REMAJA

Pada hari Sabtu, 10 Oktober 2009 jam 17.00 akan diadakan Persekutuan Doa untuk pemuda dan remaja, bertempat di rumah ANDREAS, dipimpin oleh HARDINA dan YOSEP Pelayan Firman: Dkn.Ny. HARTINI PARJAN. Mohon kehadiran pemuda dan remaja serta dukungan orang tua.


WARTA KHUSUS

1. PEMBUKAAN MPHB TAHUN 2009

Dalam Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga (MPHB) 2009 ini, perhatian kita tertuju pada keluarga dan lingkungan, dimana setiap keluarga diajak untuk berperan dalam mewujudkan kepedulian terhadap lingkungan dengan mengambil bagian dalam mewujudkan keutuhan ciptaan dalam rahmat Allah. MPHB Tahun 2009 dibuka pada hari Minggu, 11 Oktober 2009 dengan Tema “KELUARGA PEDULI LINGKUNGAN”. Harap menjadikan periksa.


2. TUKAR PELAYANAN FIRMAN RAYON 1

Akan diadakan Tukar Pelayanan Firman Rayon 1 Gereja-gereja Kristen Jawa Sinode GKJ pada kebaktian Minggu, 18 Oktober 2009. GKJ Cilacap Utara akan dilayani oleh Pdt. KRISTIANTO HIMAWAN, S.Si dari GKJ Mejasem, Tegal pada jam 07.00 di Gedung II Jeruklegi. Sedangkan Pdt. Semuel Adhi Nugroho, S.Si. akan melayani di GKJ Mejasem, Tegal. Harap menjadikan periksa.


3. PERTUNANGAN

Pada hari Minggu, 27 September 2009 jam 13.00 dalam acara keluarga di rumah Ibu Warsito (Pasren-Jeruklegi) telah diadakan Pertunangan atas diri Sdri.LYAS FAOLIN (puteri dari Ibu Warsito, Blok Parsen Jeruklegi) dengan Sdr.DIONISIUS BAYU ADI (putra dari almarhum Bp.Yustinus Adi Sutoto/Ibu Yustina dari Gereja Katolik St.Yosep Purwokerto). Harap menjadikan periksa dan mohon dukungan doa agar dapat berlanjut hingga pernikahan kudus.


4. JEMAAT YANG ULANG TAHUN TANGGAL 04 S/D 10 OKTOBER 2009

N A M A TGL.LAHIR ORANG TUA/ALAMAT



1. Ibu Endah Lestari Soetjipto Adi 07 Okt 1962 Kebonmanis

2. Rahmadani Ribka Sanjaya 07 Okt 2007 Bp/Ibu Gerson S.

3. Bp. Ir. Hendro Djoko S. 08 Okt 1948 Tritih

4. Berlianne Ariva Christie 08 Okt 2005 Bp/Ibu Arif Subarkah

5. Bp. Nanang Budi Santoso 10 Okt 1969 Pengasinan

6. Ibu Dyah Fitri Mesak Djoko P. 10 Okt 1975 Perum Tegalkatilayu

7. Ibu Lidia Sri S. Sambodo 10 Okt 1956 Jl.Salya, Gumilir



Apabila ada warga yang berulang tahun tetapi belum tercatat mohon menghubungi Ibu Pudjo Rahayu (TU Gereja) Telp.0282-5070906/ 085647950129.

Sejarah GKJ Cilacap Utara

Berawal dari keinginan untuk mandiri, 2 pepantan GKJ Cilacap yaitu Gumilir dan Jeruklegi meleburkan diri menjadi gereja dewasa dengan nama GKJ Cilacap Utara. Pada tanggal 9 April 1997 merupakan momentum awal perkembangan sebuah gereja dewasa yang dikukuhkan dalam kebaktian peneguhan. Berikut ini sejarah masing-masing pepantan.

A. PEPANTAN JERUKLEGI
Pada masa perang kemerdekaan II tahun 1948. Bp. Temu Hadiwardoyo, seorang tenaga kesehatan dari Yogyakarta pindah ke Jeruklegi. Setelah perang usai ia tetap tinggal di Jeruklegi, dan Bp. Temu bersama-sama dengan rekan-rekan seperjuangan mempelajari Alkitab. Lama kelamaan satu dua orang anggota masyarakat lain disekitarnya bergabung dalam pemahaman Alkitab. Pada tahun 1950, dogma dan etika Kristen mewarnai kehidupan di sekitar Jeruklegi.

Perkembangan selanjutnya para pendengar Injil di Jeruklegi ini dilayani oleh Pendeta Dwidjosoeprapto dari GKJ Kawunganten dan menjadi pepantannya. Pada tahun 1951 beberapa keluarga janda dan muda-mudi minta dibaptis. Diantaranya Mbok Sis, Mbok Gabug, Bp dan Ibu Wisangin, Ibu Wisanta, Sdr. Resa Parto Sentana, Kaki Liang, Bp. Sanreja, Ibu Midah (Ibu Santiyo), Bp. Saeran. Merekalah cikal bakal adanya jemaat pepantan Jeruklegi. Yang menggembirakan adalah pada tahun 1966 ada baptisan massal terhadap 30 jiwa lebih.

Jemaat di Jeruklegi ini akhirnya memiliki tempat ibadah yang masih sangat sederhana. Persembahan jemaat yang sedikit demi sedikit terkumpul digunakan untuk membeli sebidang tanah. Di atas tanah itulah didirikan tempat ibadah ukurannya hanya 3,7 m, lantai tanah, dinding papan dan atapnya ilalang. Rumah ibadah itu cukup untuk 16 orang jemaat pada waktu itu. Melihat kondisi seperti ini, Pdt. Soeparno (sebagai pejabat Deputat Klasis Banyumas Selatan) memberikan bantuan dana untuk mengganti atap ilalang dengan atap genting.

Karena kesulitan komunikasi dan transportasi jemaat dengan GKJ Kawunganten, pepantan Jeruklegi sempat beberapa lama tidak mengadakan kebaktian. Rupanya Tuhan tidak pernah memberikan kegersangan menimpa jemaat yang sedang berkembang ini. Melalui hambaNya yaitu Bp. Anggono, yang terdorong oleh semangat pekabaran Injil setelah mempergumulkan Matius 28:19-20. Tuhan memelihara kehidupan jemaat Jeruklegi. Bp. Anggono melakukan PI kepada orang-orang yang telah dikenalnya mulai dari Tritih Kulon hingga ke Jeruklegi. Enam bulan kemudian kurang lebih ada 10 orang dibaptis yang dilayani oleh Pdt. Sukarso.

Komunikasi dan transportasi masih menjadi hambatan pelayanan majelis dari Kawunganten ke Jeruklegi. Maka setelah dipergumulkan oleh GKJ Cilacap, GKJ Kawunganten, dan khususnya Pepantan Jeruklegi, akhirnya tahun 1969 pepantan Jeruklegi resmi menjadi Pepantan GKJ Cilacap. Pada tahun 1972 tempat ibadah yang semula di sebelah pasar Jeruklegi pindah ke tanah milik Bp. Suwarto, yaitu di tempat berada sekarang.

Dalam perkembangan selanjutnya Bp. Yosafat Dimin, seorang yang cukup berpengaruh, mewarnai dengan seni karawitannya untuk kegiatan jemaat mengisi setiap kebaktian minggu dengan seni karawitan untuk mengawali dan menutup ibadah. Hal ini menarik perhatian Pdt. Christian Sutopo, DPS (pimpinan PPIP (Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta) dengan menghadiahkan seperangkat gamelan. Ternyata dengan adanya instrumen gamelan ini cukup efektif menjadi daya tarik masyarakat Jeruklegi, terlebih lagi menggugah semangat jemaat untuk bersekutu dalam latihan karawitan.

B. PEPANTAN GUMILIR

Tahun 1967 telah ada kebaktian di rumah Ibu Sukarno. Kemudian pindah ke rumah Bapak Wardoyo. Karena jumlah warganya bertambah banyak mereka diperbolehkan menggunakan salah satu tempat di Panti Karya Martani (PKM) Gumilir. Tak lama kemudian karena masa kontrak PKM di Cilacap telah habis, jemaat pun tidak mempunyai tempat ibadah padahal ada kurang lebih 20 orang. Warga Kristen kembali beribadah ke gereja induk yaitu GKJ Cilacap, sedangkan warga simpatisan banyak yang kembali pada agama yang dulu.
Bp. Anggono, sebagai warga biasa terketuk hatinya untuk melakukan PI setelah mempergumulkan Matius 28:19-20. Tekadnya sudah bulat, maka didatangilah orang-orang yang sudah dikenalnya. Di Tritih Kulon melalukan PI kepada Bp. Lukas Kusaeri, Bp. Samsudin, Bp. Kasan, Bp. Sukarjo, Bp. Rosyidin, Bp. Arsanadi (kemudian pindah ke Lampung). Di Karang Talun melakukan PI kepada Bp. Marderan, Bp. Abyatar dan Bp. Carik Kristen. Di Karang Kandri menemui Bp. Kartawirya dan di Kuripan menemui Bp. Saimin. Selama PI beliau disertai oleh Penatua Basuki Laban. Setelah Bp. Basuki Laban meninggal karena kanker Bp. Anggono disertai oleh Bp. Atmosudiro.

Pada tahun 1974 beberapa keluarga yang dilayani oleh majelis blok V yaitu Drs. Sriwijaya dan Bp. Benowo Hadi beribadah di rumah Bp. Prayitno dinas Bea Cukai Cilacap yang terletak yang terletak di Jl. Tentara Pelajar. Dari sini kemudian pindah di rumah Bp. Drs. Sriwijaya (Jl. Perintis). Pada tahun 1983 berpindah lagi ke rumah Bp. Soekidjo PW, karena Bp. Sriwijaya pindah ke Semarang.

Sering berpindahnya tempat kebaktian mendorong keinginan jemaat untuk mempunyai tempat yang permanen. Di tengah-tengah penantian, Tuhan menjawab doa jemaat melalui Saudara seiman dari HKBP. Pada waktu itu bangunan gereja darurat HKBP diganti dengan bangunan yang megah dan indah. Bangunan bekas yang terdiri dari papan dan seng itu diminta oleh warga Pepantan Gumilir. Barangkali bagi HKBP bekas bangunan itu tidak ada artinya, sebaliknya bagi warga Pepantan Gumilir sangat besar manfaatnya. Bukan saja bangunan gereja lebih luas, tetapi terpacunya semangat warga untuk memiliki tempat ibadah yang permanen. Tanpa memperhitungkan pantas atau tidak dengan ototnya warga pepantan Gumilir bergotong royong mengangkat gereja bekas itu dengan suka cita. Dalam hal ini andil tenaga dari Bp. Hadi Nugroho dan Bp. Herman Selanno tidak mudah dilupakan.

Pada tanggal 30 Januari 1989 bangunan bekas HKBP itu didirikan disamping rumah dan halaman Bp. B. Johan Wellyus, Jl. Dr. Cipto Gumilir. Setelah memiliki dana yang cukup majelis membeli sebidang tanah di Jl. Dr. Cipto untuk kemudian didirikan rumah ibadah yang mungil. Gedung Gereja Pepantan Gumilir diresmikan oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Cilacap. Bp. Mohamad Supardi pada tanggal 6 Maret 1994.

Pepantan Gumilir tumbuh dan berkembang terus menerus. Pertambahan jumlah warga gereja didorong oleh perkembangan Kota Administratif Cilacap yang mekar ke arah Gumilir. Para pendatang kian hari makin bertambah. Grafik warga gereja Pepantan Gumilir semakin bertambah naik sekaligus menaikkan jumlah persembahan. Untuk mengimbangi kemajuan ini Pepantan Gumilir diberi wewenang swakekola keuangannya oleh GKJ Cilacap, selaku induknya. Sekali dalam 3 bulan perlu menyampaikan laporan tertulis kepada rapat pleno sebagai pertanggungjawaban.

C. PROSES PENDEWASAAN JEMAAT
Mengingat luasnya jangkauan pelayanan Pendeta GKJ Cilacap (Pdt.P. Hadisoebroto). Majelis Pepantan Gumilir mengusulkan perlunya tenaga Majelis Khusus (pembina). Keinginan warga dapat dimengerti, dan sejak 1 Desember 1992 Penatua Harnadi menjadi pembina untuk Pepantan Gumilir. Tiga tahun kemudian pada tanggal 1 Maret 1995 majelis GKJ Cilacap menunjuk Penatua Yosafat Dimin menjadi tenaga Majelis Khusus (pembina) di Pepantan Jeruklegi. Hal ini mempercepat proses pendewasaan pepantan, terlebih lagi pembangunan gedung gereja yang sudah dimulai sejak tahun 1991.

Dengan telah diangkatnya tenaga-tenaga pelayan khusus (Pembina) ini pembinaan kehidupan bergereja semakin mapan. Sebagai kelanjutan proses perkembangan gereja pada umumnya, setiap pepantan perlu ditingkatkan kemandiriannya. Dalam rapat Majelis GKJ Cilacap pada tanggal 8 September 1994 dibentuklah Panitia Persiapan Pendewasaan Pepantan Jeruklegi dan Pepantan Gumilir. Pada tahun 1995 dalam Sidang ke-68 Klasis Banyumas Selatan di Bandung diusulkan pendewasaan jemaat menjadi materi sidang. Maka Deputat Keesaan Klasis Banyumas Selatan mengadakan visitasi untuk mengetahui kesungguhan kedua pepantan tersebut. Pada Sidang ke-69 di GKJ Sidareja (8-9 Juli 1996) disetujui pendewasaan Pepantan Jeruklegi dan Gumilir menjadi satu gereja. Kurang dari satu tahun setelah Sidang Klasis, pada tanggal 9 April 1997 Pepantan Jeruklegi dan Gumilir diresmikan menjadi gereja yang dewasa dengan nama GKJ Cilacap Utara. Dipergunakannya sebutan Gedung I untuk Gumilir dan Gedung II untuk Jeruklegi karena tidak ada yang tetap menjadi pepantan. Peresmiannya dilakukan di Gedung II Jeruklegi. Keadaan jemaat pada waktu itu berjumlah 399 jiwa (273 jemaat dewasa) dengan 132 kepala keluarga (KK).

D. PERKEMBANGAN GKJ CILACAP UTARA
GKJ Cilacap Utara bertumbuh dan berkembang di kecamatan Cilacap Utara dan kecamatan Jeruklegi. Perkembangan kota Cilacap akan menuju ke arah Utara dan Barat karena bagian Selatan dan Timur terhalang oleh Laut Selatan. Keadaan ini sangat menguntungkan, sebab daerah Gumilir merupakan perkembangan ke arah Utara sedangkan daerah Jeruklegi merupakan perkembangan ke arah Barat.
Keadaan Geografis warga ada yang terkumpul di suatu daerah tetapi juga ada yang tersebar di daerah Selatan. Berikut ini letak geografis warga :
Arah Utara : Daerah Gumilir, Limbangan, Karangkandri, Kuripan.
Arah Timur : Tegal Katilayu
Arah Selatan : Kebonmanis, Lomanis, Tambakreja.
Arah Barat : Tritih Kulon, Tritih Wetan, Pasren, Persil, Jeruklegi, Pengasinan, Kaliminggir,
Sawangan, Brebeg, Lengkong.
GKJ Cilacap Utara mempunyai keunikan tersendiri, warga dari kedua gedung gereja ini masing-masing memiliki perbedaan yang tajam dalam faktor geografis sosiologis dan ekonomis. Jemaat Gumilir di gedung I ini terdiri dari guru, karyawan Pertamina, karyawan Semen Nusantara, wiraswasta, pekerja proyek baik dalam negeri maupun di luar negeri, perawat, dan kondisi geografis di perkotaan. Sedangkan Jeruklegi di gedung II, jemaatnya bekerja sebagai petani, penderes gula kelapa, pedagang, pembantu rumah tangga di dalam negeri maupun luar negeri, tukang kayu, tukang batu, ada juga karyawan Semen Nusantara, karyawan pemerintah, dan kondisi geografisnya di pedesaan. Dengan adanya perbedaan yang itu jemaat senantiasa perlu memiliki motivasi yang kuat untuk hidup dalam persekutuan tanpa membeda-bedakan. Dan masing-masing perlu menyesuaikan diri untuk dapat melangkah bersama-sama.

Makna Suatu Panggilan

KHOTBAH SULUNG

KHOTBAH SULUNG

Pdt. Semuel Adhi Nugroho, S.Si



Bacaan Alkitab : YEREMIA 1:4-10

Nats Khotbah : YEREMIA 1:17


Khotbah Jangkep :

1. Pentingnya suatu pengalaman Religius

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Suatu pengalaman religius itu penting dimiliki oleh umat yang beriman, bahwa mengalami atau merasakan perjumpaannya dengan Tuhan sebab tanpa pengalaman religius maka kehidupan umat bisa menjadi monoton, statis, mudah bosan, tidak bersemangat, bahkan mulai timbul rasa tidak senang pada imannya, pada penganutnya juga. Karena itu John Naishbitt dan Patricia Aburdene dalam bukunya yang berjudul “Megatrends 2000” menunjukkan adanya gejala kebangkitan religiusitas yang terjadi pada jaman post-modernisem saat ini. Bahwa dengan pengalaman religiusnya itu menampakkan umat memberi semangat hidup untuk menghayati makna kehidupannya. Umat dapat menghayati imannya lebih mendalam yaitu dengan mengalami dan merasakan perjumpaan dengan Allah yang hidup dan berkarya di dalam hidupnya. Allah telah memanggil, memilih, mengutus dan menyertai umat yang taat kepadaNya. Pengalaman bersama Allah yang pernah terjadi dimasa Alkitab itu senantiasa terjadi juga pada masa kini.


2. Pengalaman Religius Yeremia

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus

Firman Tuhan yang baru saja kita dengan adalah suatu pengalaman religius Yeremia. Yeremia yang berasal dari suatu keluarga imam-imam, mengalami suatu peristiwa baru dalam kehidupannya dan peristiwa ini menentukan untuk kehidupan selanjutnya. Hal ini ditunjukkan dengan perkataan “Firman Tuhan datang kepadaku” (ayat 4). Dalam peristiwa ini Yeremia merasakan suatu pengalaman yang luar biasa dengan Tuhan dan ia ditetapkan untuk melakukan peranan yang khusus dalam rencana Tuhan. Yeremia dipanggil menjadi seorang nabi yang dipakai Tuhan untuk menerima firman dan memberitakannya kepada orang-orang lain. Tuhan panggilannya ini sama dengan pelayanan Firman atau pengkhotbah.

Namun demikian panggilannya ini Tuhan tidak melakukan dengan otoriter. Tuhan memuka kesempatan berdialog antara yang dipanggil dengan yang memanggil. Tuhan tidak meremehkan pribadi Yeremia untuk mempertimbangkan dan mempergumulkan akhirnya memutuskan, sehingga ada tanggung jawab dari manusia yang menjawab panggilan Tuhan.


Yeremia tidak dengan segera menerima panggilan Tuhan. Dari dialog itu kita perhatikan ada beberapa keberatan-keberatan yang disampaikan Yeremia kepada Tuhan, yaitu tidak pandai berbicara dan usianya yang masih muda. Yeremia pada waktu itu mendapat panggilan Tuhan kemungkinan besar belum berusia 20 tahun. Ia merasa belum matang dalam pengalaman dan merasa belum sanggup melakukan tugas paggilan itu. Mestinya yang dipanggil adalah tua-tua yang harus memerintah dan menasehati, yang juga dihormati. Yeremia orangnya juga bersifat sensitif, ingin hidup tenang, tidak ingin disalahpahami apalagi dibenci dan diolok-olok.


3. Panggilan dalam Orang Hidup Beriman

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus

Demikian juga panggilan dalam hidup kita sesungguhnya kitapun dipanggil seperti Yeremia yaitu menjadi Pekabar Injil, bersaksi, khususnya berkhotbah. Kita dipakai oleh Tuhan, diikut sertakan Tuhan dalam melaksanakan karya keselamatan. Tuhan berfirman kepada kita dan kita bertugas untuk memberitakan firman Tuhan kepada orang lain.


Dalam panggilannya itu tidak jarang terjadi dialog dimana kita sering lebih banyak enggan untuk menerima panggilan itu. Berat! Berat sekali menjadi Pengkhotbah. Sulit! Sulit sekali melakukan kehendak Tuhan untuk berbicara kepada orang banyak yang tentu saja mengandung konsekwensi, mau melakukan terlebih dahulu Firman Tuhan yang didengar supaya jangan dikatakan “jarkoni” atau istilah “gajah diblangkoni” (iso ngajar ning orang isa nglakoni).


Menjadi Pengkhotbah yang memberitakan Firman Tuhan itu memang tidak mudah, sebab hidupnya penuh dengan ancaman, yaitu tidak lepas dari penilaian atau sorotan pendengar atau jemaat. Kalau Khotbahnya tajam hingga menyentuh orang yang bersalah, maka ia bisa dibenci sebagai penyindir. Kalau khotbanya lembut dan datar, me-ninabobokkan hingga membuat pendengat menjadi mengantuk dan tertidur, maka ia bisa ditinggalkan jemaat. Kalau Khotbahnya terlalu tinggi dengan nilai filsafati sehingga pendengar menjadi bengong, tidak tahu apa-apa, maka jemaat bisa berkata ”wahh ……. Pengkhotbahnya ini pintar sekali, sehingga aku tidak ada apa-apanya bahkan tidak tahu apa-apa darinya.”


Terlebih lagi bagi seorang yang seperti Yeremia, yaitu yang bersifat sensitif dan ingin hidupnya tenang, tidak ingin disalah pahami, dibenci dan diolok-olok. Maka dalam dirinya akan terjadi pergolakkan antara kehendak Tuhan dan kehendak pribadi. Dalam diri Yeremia hal ini berlangsung lama, bahkan beberapa kali ia protes kepada Tuhan dan merasakan ketidakmampuannya melakukan tugas panggilan Tuhan (baca pasa 12; 12:10-18; 17:15-18; 20:7-18) dan beberapa kali diancam pula oleh bahaya maut.


4. Panggilan itu atas inisiatif Tuhan

Jemaat yang dikasihi Tuhan

Suatu panggilan itu adalah inisiatifnya datang dari Tuham, bukan keinginan pribadi Yeremia telah dipilih sejak dalam kandungan dan dipersiapkan selama kehidupannya. Tuhan membimbing perkembangan pribadinya dan wataknya, mempengaruhi dia dan memberikan kepadanya pengalaman-pengalaman yang akan melengkapi untuk menjadi seorang nabi.


Demikian juga panggilan untuk mengikut Kristus itu adalah inisiatif Allah. Tuhanlah yang telah memanggil kita untuk menjadi umatNya. Jikalau kita mengambil keputusan untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya, sebetulnya dibelakang keputusannya itu maupun dalam peristiwa-peristiwa yang mendahului dan yang mengikutinya, sesungguhnya ada tangan Tuhan yang tersembunyi (“Invisible HandI”) yang merengkuh kita. Tuhan yang memimpin dan membimbing kita disetiap langkah hidup kita adalah Allah yang bekerja mengambil inisiatif, memanggil, memilih dan menolong kita.


Dan kitapun tidak hanya berhenti pada percaya saja, tetapi kita harus menghasilkan buah (Yohanes 15:16) yaitu dengan melayani Tuhan terutama berkhotbah.


Walaupun kita memiliki sifat yang sensitif, usia muda, tidak pandai bicara, Tuhan tetap memakai kita, Tuhan memanggil siapa saja tanpa memandang usia dan kemampuan juga.


Oleh sebab itu dalam menjalankan panggilan Tuhan bukan berdasarkan kelebihan kita tetapi karena kelemahan kita, maka kuasa Tuhan menjadi sempurna.

Rasul Paul berkata :

Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.

Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, didalam siksaan, didalam kesukaran, didalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus.

Sebab jika aku lemah, maka aku kuat” (2 Korintus 12:9b-10)

Dalam Yeremia 1:8 ditegaskan bahwa kita harus memiliki keberanian, sebab Tuhan menyertai kita untuk melepaskan kita. Keberanian yang kita lakukan adalah dalam menghadapi kegentaran hati kita. Yah, musuh utama dalam menerima panggilan Tuhan adalah kegentaran hati kita.

Karena itu janganlah takut, Allah yang memanggil kita pasti akan melengkapi hamba-hambanya. Seperti Tuhan yang telah menaruh Firman kedalam mulut Yeremia, sehingga mampu menyampaikan Firman Tuhan. Dengan demikian kita harus selalu berdoa bukan supaya tugas kita dijadikan ringan atau dihilangkan dengan penghalang, tetapi supaya dimampukan dan diperlengkapi untuk dapat melaksanakan tugas panggilan Tuhan itu. Sebab jika mau menerima tugas panggilan itu maka dalam hidup kita akan senantiasa dipenuhi dengan pengalaman akan Tuhan, yaitu Tuhan yang berfirman kepada kita dan kita dimampukan untuk melayani Tuhan dengan memberitakan Firman Tuhan kepada orang lain. Tuhan memberkati kita. Amin.

Selasa, 23 Juni 2009

Pengakuan Percaya Pemuda Jeruklegi

Setelah mengikuti Katekisasi Sidi selama kurang lebih 6 bulan, pemuda-pemudi GKJ Cilacap Utara Gedung 2 Jeruklegi menerima Peneguhan Sidi atau Pengakuan Percaya dalam Ibadah Minggu, 21 Juni 2009. Mereka adalah Andreas Dwi Santoso putra Ibu Lestari Rahayu (Blok Persil), Hermawan Dwi Prasetyo putra Ibu Kristianingsih (Blok Persil), Hardina Dewantari Utami putri Bp/Ibu Timotius Parjan (Blok Pasren), Krisia Yuki Kristanti putri Bp/Ibu Sumitro (Blok Pasren), Dite Yosep putra Bp/Ibu Miswanto (Blok Pasren), Maria Sayekti putri Bp/Ibu Masiman (Blok PEngasinan), dan Titis Rohana Suci putri Bp/Ibu Casmono (Blok Pengasinan).

Dalam Ibadah Minggu Trinitas III yang dilayani oleh Pdt. Semuel Adhi Nugroho, S.Si, anak-anak muda yang masih duduk dibangku SMA dan beberapa sudah lulus ini dinyatakan sebagai warga dewasa yang baru saja memulai "hidup baru". Mereka masih membutuhkan dukungan dari warga dewasa yang lainnya sehingga Pdt. Semuel mengajak jemaat untuk mengikutsertakan para pemuda-pemudi tersebut dalam pelayanan bersama sesuai dengan kesanggupannya dan membantunya dikala mereka membutuhkan bantuan. Ibadah yang dihadiri kurang lebih 100 orang ini diadakan juga Perjamuan Kudus. Bagi yang baru saja menerima Peneguhan Sidi, sekaligus merasakan Perjamuan Kudus yang pertama kalinya.

Kiranya Peneguhan Sidi ini juga menguatkan iman jemaat yang mengingatkan mereka lamanya menjalani "hidup baru" sebagai warga dewasa. Apakah mereka masih merasakan semangat yang menyala-nyala sebagaimana dahulu mereka memulai "hidup baru"? Sebagaimana Firman Tuhan dalam khotbah Pdt. Semuel yang diambil dari Markus 4:35-41, bahwa sekalipun kita harus mengalami badai dalam perjalanan kehidupan kita namun percayalah bersama Tuhan Yesus maka kita akan menyaksikan, mengalami dan merasakan meredanya badai oleh kuasa-Nya. Oleh sebab itu teladanilah Ayub yang tetap beriman dalam badai (Ayub 38:1-11), Daud yang bersandar kepada Tuhan (Mazmur 9:9-20), dan Rasul Paulus yang tetap tenang dalam badai kehidupannya (2 Korintus 6:1-13). Amin.